Transportasi Umum Idaman

Sesak, panas, macet, sering telat, semrawut, ngebut dan tidak aman itulah kesan yang terlintas dalam benak kita saat mendengar kata transportasi atau angkutan umum. Berbagai pihak dan lembaga terkait menyampaikan berbagai keluh kesah tentang keadaan yang memprihatinkan tersebut. Pihak penyedia transportasi mengaku tidak mampu memberikan mutu layanan lebih baik karena alasan biaya operasional yang tinggi sebagai akibat mahalnya suku cadang dan naiknya harga BBM. Pemerintah sebagai pemegang kebijaksanaan berdalih tidak memiliki dana cukup untuk membangun prasarana transportasi yang memadai. Polisi sebagai pengawas lalu lintas di lapangan pun menyesalkan perilaku sopir angkutan umum yang sulit diatur, bertindak sembrono dan terkadang membahayakan pemakai jalan lainnya. Sedang para sopir angkutan juga tidak bisa disalahkan begitu saja karena mereka harus bersaing dengan angkutan lainnya untuk memenuhi target setoran yang telah ditentukan pemilik kendaraan.

Di lain pihak, masyarakat sebagai pembayar pajak dan sekaligus pengguna angkutan umum menuntut agar pemerintah lebih terbuka untuk mengurangi kebocoran dana dalam pembangunan sarana penunjang transportasi dan bersikap lebih ketat dalam memberikan ijin operasi kendaraan. Berbagai keluhan tadi menunjukkan bahwa tidak ada satu pun pihak yang merasa puas dan diuntungkan dari keadaan angkutan umum sekarang ini.

Namun, bukan berarti kita harus menyalahkan satu sama lain. Bagaimanapun transportasi umum adalah masalah bersama yang tidak mungkin dibebankan dan diselesaikan oleh satu pihak saja. Semua pihak yang terkait harus memiliki kesepahaman yang sama tentang sebuah sistem angkutan umum yang ideal dan bekerja sama untuk mewujudkannya. Pertanyaannya sekarang, “seperti apakah sistem angkutan umum yang ideal itu?”

Jerman, sebuah negara industri berpenduduk 82.5 juta jiwa, mungkin adalah salah satu tempat di mana kita dapat menemukan jawabannya. Jerman merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki sistem transportasi umum terbaik selain Jepang dan Singapura.

Secara keseluruhan, pola angkutan umum darat di Jerman terdiri atas kereta, tram dan bus yang mampu menjangkau hampir seluruh daerah hunian di Jerman. Pola angkutan umum darat di Jerman dikelompokan menjadi dua yaitu angkutan jarak jauh (Fernverkehr) dan angkutan jarak dekat (Nahvehrker).

Pola angkutan jarak jauh menggunakan kereta dan dikelola oleh perusahan negara bernama Deutche Bahn. Sedangkan pola angkutan jarak dekat merupakan gabungan dari bus, tram dan kereta dan dikelola oleh perusahaan transportasi daerah. Perusahaan pengelola tersebut memiliki kewenangan untuk menentukan jadwal, tarif dan rute di wilayahnya masing-masing.

Untuk mewujudkan mutu pelayanan yang merata, perusahaan pengelola menerapkan strategi “satu jadwal, satu tarif, satu karcis”. Biasanya perusahaan transportasi di beberapa kota terdekat akan membuat kesepakatan untuk bersama-sama menerapkan strategi tersebut sehingga sebuah karcis tidak hanya berlaku dalam satu kota saja tetapi juga di daerah sekitarnya.

Satu jadwal artinya perjalanan setiap pola angkutan sepanjang rute sudah terjadwalkan. Angkutan hanya boleh berhenti pada halte atau tempat pemberhentian yang telah ditentukan dan sesuai waktu yang dijadwalkan. Jadwal tersebut ditempel pada setiap halte sehingga pengguna angkutan dapat membacanya setiap saat.

Selain itu, jadwal tersebut dapat dilihat melalui internet sehingga memungkinkan pengguna angkutan umum membuat rencana perjalanan sebelumnya. Sedangkan satu tarif artinya semua jenis angkutan memiliki tarif yang sama. Besarnya tarif tidak didasarkan pada jenis pola angkutan melainkan tergantung dari jarak yang ditempuh. Dengan demikian penumpang dapat memilih jenis angkutan (bus, tram atau kereta) yang disukai atau yang tercepat mencapai tujuan.

Berbagai macam diskon dan insentif juga diberikan kepada pelanggan berdasarkan tingkat frekuensi penggunaan atau jumlah rombongan. Kemudahan lain yang ditawarkan kepada penumpang adalah penggunaan satu karcis yang berlaku untuk semua jenis pola angkutan. Karcis tersebut dapat diperolah lewat mesin-mesin penjual yang disediakan di stasiun kereta, halte bus, bus, tram atau membeli langsung pada petugas.

Karena alasan kenyamanan dan biaya operasional, pemeriksaan karcis terhadap penumpang hanya dilakukan secara berkala dan acak. Oleh karenanya kejujuran penumpang menjadi salah satu bagian penting dalam keberhasilan sistem angkutan umum di Jerman.

Pengelolaan transportasi umum oleh perusahaan seperti halnya diterapkan di Jerman mungkin bisa menjadi jalan keluar bagi masalah transportasi di negara kita. Selain pengawasan mudah dilakukan, sopir angkutan juga tidak lagi kebut-kebutan untuk berebut penumpang karena mereka adalah pegawai sebuah perusahaan yang menerima gaji bulanan. Arus lalu lintas menjadi lebih teratur dan tingkat bahaya kecelakaan di jalan raya dapat dikurangi.

Calon penumpang pun tidak perlu menghabiskan waktu percuma untuk menunggu kedatangan angkutan karena jadwal perjalanan sudah terpasang pada setiap halte. Pada akhirnya tujuan transportasi umum yaitu agar penumpang dapat menjangkau tempat tujuan dengan tepat waktu and nyaman dapat terwujud. Jika hal itu tercapai, dengan sendirinya masyarakat akan menjadikan angkutan umum sebagai pilihan utama.

Oleh Supriyanto S1 di ITB jurusan jurusan Teknik Mesin (1996); karyawan PT Freeport Indonesia dan PT OPEX RI (2001-2004); S2 di Fachhochschule Ravensburg-Weingarten jurusan Mekatronik (2005); S2 di Universitas Duisburg-Essen jurusan Production and Logistic (2005-2006); Kegiatan Sekarang: Mahasiswa S3 di Universitas Duisburg-Essen departement Transport System and Logistic; Sistem Analyst di perusahaan Advantech Europe Gmbh; Ketua bidang Research & Development di AIPSE (www.aipse.org).

Tulisan ini juga dimuat di Radio Mitra FM. http://mitrafm.com/blog/2008/01/27/transportasi-umum-idaman-2/

Supriyanto M.Sc.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *